Ingat pelajaran IPS sewaktu di SD yaitu apa waduk terbesar di Jawa Tengah? Pasti semua sudah bisa menjawab yakni Waduk Gajah Mungkur. Yupz..betul bgt, perjalanan ku menuju objek wisata Waduk Gajah Mungkur tidak direncanakan samasekali. Pasalnya aku dan sebagian teman-teman Mecarica ingin menjenguk salah satu teman yang sakit Demam Berdarah. Berhubung rumahnya berada di Kabupaten Wonogiri yang terkenal dengan Waduk Gajahmungkur serta lokasi tempat tinggalnya dengan objek wisata Waduk hanya 15 menit. Memacu kita Mecarica untuk mengunjunginya.
Riski Niwanda alias (Dono) itu nama tmn kita yang sakit DB. Sebenarnya dia sudah pulang dari RS di Solo, namun karena solidaritas tmn2 Mecarica mengharuskan untuk menjenguk dia. Kesan pertama tiba dirumahnya, disambut dengan gaya tubuhnya yang aneh n lucu. Meskipun dia terlihat lebih kurus dari biasanya tapi ciri khas kita untk mengajak bercanda tidak hilang. Setelah berbincang-bincang sebentar dengan kedua orangtuanya, dan menunggu beberapa jam untuk istirahat stlh perjalanan yang cukup melelahkan Jogja-Wonogiri.
Kita diberi Hidangan Ikan Bakar, Sambel serta Terancam. Nah..yang membuat aneh yakni baru pertama kalinya aku makan terancam. Kalo di daerah asalku Kabupaten Kudus, terancam mirip dengan Urap atau Godangan, namun bedanya Terancam zmua bahannya masih mentah sedangkan Godangan bahannya sudah matang. Terancam digunakan sebagai lalapan setelah makan ikan bakar disertai sambel. Maknyus....pkoknya.
Selesai makan kita berinisiatif untk menuju objek Wisata Waduk Gajahmungkur, berhubung hari sore kita kesana saling berboncengan tanpa menggunakan helm serta tidak membayar tiket...hehehe. Daerah Objek wisata ini sudah dikembangkan oleh pemerintah daerah setempat dengan adanya permainan anak-anak, kolam renang serta perahu-perahu. Namun perahu2 tersebut terlihat jarang digunakan, mungkin jarang pengunjung kali??
Selanjutnya kita menuju tempat pengendali aliran air Waduk Gajahmungkur, nah tetep tidak dipungut biaya untuk masuk. Padahal sewaktu hari biasa diwajibkan membayar..hehe. Kita disambut oleh angin yang sepoi-sepoi dari arah waduk, wuih..disana bertengger baja-baja yang besar berwarna merah untuk mengatur keluar dan masuknya air. Sekitar lebih dari 3 desa dikorbankan untuk membuat waduk tersebut dan para penduduk bertransmigrasi ke sumatra, kalimantan dll sesuai program pemerintah sewaktu Orde Baru. Berhubung kita sudah sampai kurang afdol kalo tidak bernarsis ria. Setelah lelah berkeliling area waduk serta bernarsis, kita memutuskan untuk balik ke rumah dono.
Hari semakin sore akhrnya kita berpamitan pada orang tuanya untuk pulang ke Jogja. Perjalanan pulang kita berbeda jalan dengan sewaktu berangkat yang melewati hutan jati, sepi, jalanan berlubang pkoknya harus ekstra hati-hati. Bermodal pengalaman tersebut kita memutuskan lewat jalan yang lebih baik serta ingin silahturahmi ke rumah teman kita lainnya yang tinggal di Kabupaten Klaten. Gunandar,, nah..kita mampir ke rmhnya,,sbnry kita ingin merampok makanan...hhhh. Dirumahnya kita disuguhi sate ayam..maklum tradisi tmn2 siapapun rumahnya yang dikunjungi wajib memberikan makan hehehe. Anehnya setiap rumah teman yang kita singgangi di Kabupaten manapun, orangtuanya selalu menyambut dengan suka cita serta memberikan makanan khas daerahnya. Itulah indahnya Kebersamaan..
Perut kenyang, badan capek uh..kita masih melanjutkan perjalanan ke Jogja sekitar 1 jam lagi. Saat pulang saya berboncengan dengan PAPA Geo..hehe. Perjalanan hari ini menyenangkan bagiku karena dapat berkunjung ke rumah teman sekelas yang memiliki karakteristik berbeda serta keluarga yang ramah dengan para tamunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar